Enggang atau Rangkong (bahasa Inggris: Hornbill) adalah sejenis burung yang mempunyai paruh berbentuk tanduk sapi tetapi tanpa lingkaran. Biasanya paruhnya itu berwarna terang. Nama ilmiahnya "Buceros" merujuk pada bentuk paruh, dan memiliki arti "tanduk sapi" dalam Bahasa Yunani.
Burung Enggang tergolong dalam kelompok Bucerotidae yang termasuk 57 spesies. Makanannya terutama buah-buahan juga kadal, kelelawar, tikus, ular dan berbagai jenis serangga.
Ia biasa juga disebut Tingang atau Kangkareng atau Rangkong atau Rangkok.
Ciri-ciri
Ketika waktunya mengeram, enggang betina bertelur sampai enam biji telur putih terkurung di dalam kurungan sarang, dibuat antara lain dari kotoran dan kulit buah. Hanya terdapat satu bukaan kecil yang cukup untuk burung jantan mengulurkan makanan kepada anak burung dan burung enggang betina.
Apabila anak burung dan burung betina tidak lagi muat dalam sarang, burung betina akan memecahkan sarang untuk keluar dan membangun lagi dinding tersebut, dan kedua burung dewasa akan mencari makanan bagi anak-anak burung. Dalam sebagian spesies, anak-anak burung itu sendiri membangun kembali dinding yang pecah itu tanpa bantuan burung dewasa.
Sinopsis Makna Burung Enggang
Oleh: Johnson Wan Usat
Masyarakat Dayak sangat menjunjung tinggi keberadaan dan kehidupan Burung Enggang, oleh karena Burung Enggang dijadikan sebagai lambang kebesaran, perdamaian dan persatuan; sehingga dalam kehidupan sehari-hari burung enggang senantiasa dipakai dalam bentuk patung, ukiran, lukisan, pakaian adat, rumah adat, balai desa, monumen, pintu-pintu gerbang, bahkan digunakan juga di kuburan-kuburan.
Bukan suatu kebetulan burung enggang memiliki empat warna utama, yaitu: merah, putih, kuning dan hitam, serta diyakini oleh masyarakat Dayak warna-warna itu memiliki makna sebagai berikut:
-Merah adalah lambang darah yang bermakna berani/kekuatan.
-Putih adalah lambang tulang yang bermakna suci, bersih.
-Kuning adalah lambang daging yang bermakna kemuliaan/kebesaran.
-Hitam adalah lambang kulit yang bermakna keuletan/rajin
Penggunaan patung-patung burung enggang maupun ukiran-ukirannya harus disesuaikan dengan ketentuan adat istiadat masyarakat Dayak, karena menggunakan secara tidak benar disamping melanggar hukum adat dapat pula menimbulkan bahaya tertentu.
(sumber: wiki dan googling)
Silakan berkomentar