akasia 2 (filosofi)
WASHINGTON, JUMAT - Semut dan pohon akasia yang tumbuh di Afrika memiliki hubungan timbal balik saling menguntungkan alias simbiosis mutualisme. Uniknya, tinggi rendahnya kualitas hubungan dipengaruhi besar tidaknya ketergantungan kedua makhluk hidup.
Selama ribuan tahun, pohon akasia telah menyediakan sumber makanan dan perlindungan bagi koloni semut agresif penggigit di Afrika.
Sebaliknya, semut-semut tersebut juga melindungi pohon akasia dari serangan satwa-satwa yang menyukai daun-daun akasia, seperti jerapah dan gajah.


Para peneliti penasaran apa yang terjadi jika populasi mamalia yang memangsa daun-daunan aksia berkurang. Maka mereka membagi vegetasi akasia di Kenya menjadi dua bagian, salah satu dibiarkan dan lainnya dihindarkan dari pemangsanya.
Hasilnya mengejutkan karena setelah beberapa tahun, pohon akasia yang tidak terancam pemangsa justru pertumbuhannya terganggu dan menghasilkan nektar lebih sedikit. Karena nektar sedikit, semut yang datang pun berkurang.
Namun, fatal akibatnya bagi akasia sebab semut yang biasanya hanya mengisap nektar menjadi beringas hingga merusak dahandan daun akasia. Kalaupun tidak, serangga lain yang suka merusak batang pohon, misalnya kumbang kayu, dengan leluasa datang.
"Meskipun mutualisme di antara semut dan pohon telah berlangsung lama, tiba-tiba hilang sebegitu cepat," ujar Todd Palmer, asisten profesor ilmu hewan di Universitas Florida, AS. Temuan risetnya itu dilaporkan dalam jurnal Science edisi hari ini, Jumat (11/1).
Namun, karena tergantung pada pohon akasia, semut-semut tersebut akan kelaparan jika nektar berkurang sehingga jumlah populasinya menurun. Sebagian anggota akhirnya terpaksa kembali berbaikan dengan semut dan dengan populasi terbatas memilih bersabar menuai nektar dari bunga akasia.
(sumber:
Kompas)
Silakan berkomentar